Pages

Senin, Mei 31, 2010

Kedermawanan Rasulullah

Sayyidina Umar bin Khattab bercerita, suatu hari seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW untuk meminta-minta, lalu beliau memberinya. Keesokan harinya, laki-laki itu datang lagi, Rasulullah juga memberinya. Keesokan harinya, datang lagi dan kembali meminta, Rasulullah pun memberinya. Keesokan harinya, ia datang kembali untuk meminta-minta, Rasulullah lalu bersabda, “Aku tidak mempunyai apa-apa saat ini. Tapi, ambillah yang kau mau dan jadikan sebagai utangku. Kalau aku mempunyai sesuatu kelak, aku yang akan membayarnya.”

Umar lalu berkata, “Wahai Rasulullah janganlah memberi diluar batas kemampuanmu.” Rasulullah tidak menyukai perkataan Umar tadi. Tiba-tiba, datang seorang laki-laki dari Anshar sambil berkata, “Ya Rasulullah, jangan takut, terus saja berinfak. Jangan khawatir dengan kemiskinan.” Mendengar ucapan laki-laki tadi, Rasulullah tersenyum, lalu beliau berkata kepada Umar, “Ucapan itulah yang diperintahkan oleh Allah kepadaku.” (HR Turmudzi).

Jubair bin Muth’im bertutur, ketika ia bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba orang-orang mencegat beliau dan meminta dengan setengah memaksa sampai-sampai beliau disudutkan ke sebuah pohon berduri.

Kemudian salah seorang dari mereka mengambil mantelnya. Rasulullah berhenti sejenak dan berseru, ”Berikan mantelku itu! Itu untuk menutup auratku. Seandainya aku mempunyai mantel banyak (lebih dari satu), tentu akan kubagikan pada kalian (HR. Bukhari)

Ummu Salamah, istri Rasulullah SAW bercerita, suatu hari Rasulullah masuk ke rumahku dengan muka pucat. Aku khawatir beliau sedang sakit. “Ya Rasulullah, mengapa wajahmu pucat begini?” tanyaku.

Rasulullah menjawab, ”Aku pucat begini bukan karena sakit, melainkan karena aku ingat uang tujuh dinar yang kita dapat kemarin sampai sore ini masih berada di bawah kasur dan kita belum menginfakkannya.” (HR Al-Haitsami dan hadistnya sahih).

Aisyah berkata, suatu hari, ketika sakit, Rasulullah SAW menyuruhku bersedekah dengan uang tujuh dinar yang disimpannya di rumah. Setelah menyuruhku bersedekah, beliau lalu pingsan. Ketika sudah siuman, Rasulullah bertanya kembali: “Uang itu sudah kau sedekahkan?” “Belum, karena aku kemarin sangat sibuk,” jawabku Rasulullah bersabda, “Mengapa bisa begitu, ambil uang itu!”.
Begitu uang itu sudah di hadapannya, Rasulullah lalu bersabda, “Bagaimana menurutmu seandainya aku tiba-tiba meninggal, sementara aku mempunyai uang yang belum kusedekahkan? Uang ini tidak akan menyelamatkan Muhammad seandainya ia meninggal sekarang, sementara ia mempunyai uang yang belum disedekahkan,”. (HR Ahmad).

Sahl bin Sa’ad bertutur, suatu hari datang seorang perempuan menghadiahkan kepada Nabi Saw sepotong syamlah yang ujungnya ditenun (syamlah adalah baju lapang yang menutup seluruh badan). Perempuan itu berkata, “Ya Rasulullah, akulah yang menenun syamlah ini dan aku hendak menghadiahkannya kepada Engkau.” Rasulullah pun sangat menyukainya. Tanpa banyak bicara, beliau langsung mengambil dan memakainya dengan sangat gembira dan berterima kasih kepada wanita itu. Rasulullah betul-betul sangat membutuhkan dan menyukai syamlah tersebut.

Tidak lama setelah wanita itu pergi, tiba-tiba datang seorang laki-laki meminta syamlah tersebut. Rasulullah pun memberikannya. Para sahabat yang lain lalu mengecam laki-laki tersebut. Mereka berkata, “Hai Fulan, Rasulullah sangat menyukai syamlah tersebut, mengapa kau memintanya? Kau kan tahu Rasulullah tidak pernah tidak memberi kalau diminta?” Laki-laki itu menjawab, “Aku memintanya bukan untuk dipakai sebagai baju, melainkan untuk kain kafanku nanti kalau aku meninggal”. Tidak lama kemudian, laki-laki itu meninggal dan syamlah tersebut menjadi kain kafannya. (HR Bukhari).



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
**Beberapa kisah diatas hanyalah sebutir jejak kedermawanan Nabi Muhammad SAW. Kisah-kisah lainnya bagaikan gunung pasir tertinggi yang takkan pernah sanggup diimbangi oleh siapapun, termasuk para sahabat-sahabat terdekatnya di masa beliau masih hidup. Sahabat-sahabat Rasulullah hanya bisa meniru kedermawanan yang diajarkan Baginda Rasul itu, yang kemudian menambah panjang jejak sejarah kedermawanan yang dicontohkan Nabi dan para sahabatnya.**
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Lihatlah Thalhah bin Ubaidillah, seorang sahabat yang kaya raya namun pemurah dan dermawan. “Sungai yang airnya mengalir terus menerus mengairi dataran dan lembah” adalah lukisan tentang kedermawanan seorang Thalhah. Isterinya bernama Su’da binti Auf. Pada suatu hari isterinya melihat Thalhah sedang murung dan duduk termenung sedih. Melihat keadaan suaminya, sang isteri segera menanyakan penyebab kesedihannya dan Thalhah mejawab, “Uang yang ada di tanganku sekarang ini begitu banyak sehingga memusingkanku. Apa yang harus kulakukan ?”

Maka istrinya berkata, “Uang yang ada di tanganmu itu bagi-bagikanlah kepada fakir miskin.” Maka dibagi-baginyalah seluruh uang yang ada di tangan Thalhah tanpa meninggalkan sepeserpun.

Assaib bin Zaid berkata tentang Thalhah, “Aku berkawan dengan Thalhah baik dalam perjalanan maupun sewaktu bermukim. Aku melihat tidak ada seorangpun yang lebih dermawan dari dia terhadap kaum muslimin. Ia mendermakan uang, sandang dan pangannya.”

Jaabir bin Abdullah bertutur, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan dari Thalhah walaupun tanpa diminta.” Oleh karena itu patutlah jika dia dijuluki “Thalhah si dermawan”, “Thalhah si pengalir harta”, “Thalhah kebaikan dan kebajikan”.

Sahabat lain yang mengukir jejak indah kedermawanan mencontoh Nabi adalah Tsabit bin Dahdah yang memiliki kebun yang bagus, berisi 600 batang kurma kualitas terbaik. Begitu turun firman Allah, “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (pembayaran) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (Al-Hadid: 11). Dia bergegas mendatangi Rasulullah untuk bertanya, “Ya Rasulullah, apakah Allah ingin meminjam dari hambanya?”

“Benar,” jawab Rasulullah.

Spontan Tsabit bin Dahdah mengacungkan tangannya seraya berkata, “Ulurkanlah tangan Anda, wahai Rasulullah.”

Rasulullah mengulurkan tangannya, dan langsung disambut oleh Tsabit bin Dahdah sambil berkata, “Aku menjadikan Anda sebagai saksi bahwa kupinjamkan kebunku kepada Allah.” Tsabit sangat gembira dengan keputusannya itu. Dalam perjalanan pulang dia mampir ke kebunnya. Dilihatnya isteri dan anak-anaknya sedang bersantai di bawah pepohonan yang sarat dengan buah.

Dari pintu kebun, Dipanggillah sang isteri, “Hai Ummu Dahdah! Ummu Dahdah! Cepat keluar dari kebun ini, Aku sudah meminjamkan kebun ini kepada Allah!” Isterinya menyambut dengan suka cita, “Engkau tidak rugi, suamiku, engkau beruntung, engkau sungguh beruntung!” Segera dikeluarkannya kurma yang ada di mulut anak-anaknya seraya berkata, “Ayahmu sudah meminjamkan kebun ini kepada Allah.”

Ibnu Mas’ud menceritakan bahwa Rasulullah bersabda, “Berapa banyak pohon sarat buah yang kulihat di surga atas nama Abu Dahdah.” Artinya, Allah memberi Tsabit bin Dahdah pohon-pohon yang berbuah lebat di surga sebagai ganti atas pemberiannya kepada-Nya di dunia.

Indah nian jejak-jejak kedermawanan Nabi Muhammad SAW, lebih indah lagi apa-apa yang dijanjikan Allah atas apa yang diberikan di jalan-Nya. Karenanya, seluruh sahabat pada masa itu berlomba-lomba mengikuti jejak Nabi dalam segala hal, termasuk tentang kedermawanan. Semoga, jejak kedermawanan itu terus terukir pada ummat Muhammad hingga kini selama kita masih terus meleburkan diri pada rantai jejak indah itu, dan mengajarkannya kepada anak-anak dan penerus kehidupan ini.]
Baca selengkapnya >>

Air Mata Rasulullah S.A.W

"Wahai Aisyah! Biarkan aku malam ini beribadah kepada Tuhanku" lalu Aisyah berkata " Demi Allah SWT, sesungguhnya aku senang berdekatan denganmu, aku juga senang memberikan apa yang menggembirakanmu". lalu Rasulullah saw bangun bersuci, kemudian berdiri untuk melakukan shalat. lalu tak henti-hentinya menangis lagi hingga tetesan air matanya membasahi pangkuannya. Aisyah ra berkata : Rasulullah saw duduk, lalu tak henti-hentinya menangis lagi hingga tetsan air matanya membasahi jenggotnya. Aisyah melanjutkan perkataannya. Kemudian beliau menangis lagi, kali ini tangisnya tak berhenti hingga air matanya membasahi tanah.

Akhirnya datanglah Bilal mengumandangkan adzan subuh. Keika Bilal melihat Rasulullah saw menangis, ia berkata : " wahai Rasulullah, mengapa kamu menangis, sungguh Allah telah mengampuni dosamu yang telah lewat dan yang akan datang. Lalu Nabi Saw bersabda :"Apakah aku tidak pantas untuk menjadi hamba yang banyak bersyukur?"

Meski Rasulullah saw dijamin Allah untuk masuk surga, bahkan beliau menjadi orang pertama yang masuk dan membuka pintu surga sebelum para Nabi maupun Rasul yang lain masuk kedalam surga. Namun Beliau tatap tekun beribadah, tak berkurang sedikitpun aktivitas ibadahnya, bahkan setiap hari semakin meningkat.

Ketekunan Rasulullah saw dalam beribadah kepada Allah merupakan bentuk rasa syukur kepada-Nya, karena beliau telah diberi berbagai keistimewaan dam keutamaan oleh Allah yang tidak diberikan kepada makhluk-Nya yang lain.

Maka dalam mewujudkan rasa syukurnya kepada Allah, beliau berpesan kepada Aisyah bahwa malam itu beliau ingin beribadah dan bertawajjuh kepada Allah sampai subuh.

Pesan Beliau kepada Aisyah ini mengisyaratkan kepada kita untuk selalu bersyukur kepada Allah atas limpahan karunia yang diberikan kepada kita. Ucapkan Alhamdulillah dan yang lebih penting adalah membuktikannya dalam bentuk aktifitas ibadah kepada Allah, menjalankan perintaNya, dan menjauhi laranganNya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw.

-Dari kitab Maulidul Barzanjiy oleh Syekh Ja'far Al-Barzanjiy. Wasiat Rasulullah kepada para sahabat.
Baca selengkapnya >>

Senin, Mei 03, 2010

Mari bersabar dan bersyukur..


Aku tak mau bersedih lagi. Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Karena kalau sama saja, maka sesungguhnya aku rugi. Apalagi kalau lebih buruk, aku celaka. Tapi, kalau ternyata hari ini lebih baik dari kemarin, Insya Allah aku termasuk orang-orang yang beruntung. Aamiin.

Sebenarnya, akhir-akhir ini, aku sedang belajar untuk menjadi seorang muslimah sejati. Yang selalu bersabar dan bersyukur. Sabar ketika ujian datang dan bersyukur ketika kesenangan menghampiri. Dan harus selalu ingat Allah tentunya. Aku juga sedang belajar untuk ikhlas dan menghilangkan sifat iri. Karena iri itu laksana api yang melahap kayu bakar. Dan kayu bakar itu perumpamaan dari kebaikan-kebaikan kita.

Yah, mesti sekarang tidak bisa lagi menulis diari senyaman di kamar sendiri (karena sekarang harus berbagi kamar dengan sepupu) yang penting aku tetap bisa jadi Better Individual tiap harinya.

Aku sedang punya target yang harus dikejar. Struktur dan program kerja Rohis. Dan juga bikin mading perpustakaan. Meski waktu semakin terasa singkat, dan jadwal semakin padat, tapi aku harus tetap semangat..!! Allahu Akbar..!!

Bicara soal 'Sabar dan Syukur', jadi ingin berbagi asumsi.
Menurut aku, seseorang yang sabar itu nggak cuma yang bisa menahan amarah, tapi juga seseorang yang jarang mengeluh atau bahkan mungkin, tidak pernah mengeluh. Orang yang sabar, juga nggak mudah nangis (padahal aku cengeng, he2), selalu berkepala dingin dalam menyelesaikan masalah (bukan orang yang suka debat), dan bukan orang yang mudah menyerah. Dan orang yang selalu bersyukur itu, juga nggak beda jauh bdengan orang yang sabar. Pasti dia adalah orang yang jarang berandai-andai (karena sesungguhnya pengandaian itu membuka pintu syaithan). Kenapa sih orang yang bersyukur bukan orang yang suka berandai-andai atau menghayal? Karena, dia pasti merasa apa yang Allah beri utnuk dia sekarang pasti adalah yang terbaik baginya. Jadi nggak minta lebih. Wah, senangnya kalau bisa begitu.

Ya Allah, jadikanlah aku salah satu orang yang pandai bersyukur..!! Aamiin.
Initnya, kalau kita mau digolongkan sebagai orang-orang yang pandai bersabar dan bersyukur, kita harus selalu ceria. Dan bahagia dengan apa yang kita punya. So, SMILE UP..!! (^_^)

Baca selengkapnya >>