Pages

Rabu, Juni 30, 2010

Filosofi syukron & afwan

Ada artikel bagus nih, lagi searching di google, eh ada ini

(Semoga yang bikin posting ini dapet pahala, aamiin)
Baru dengar ceramah dari seorang ustad… biasa, dapet ceramah online lagi lewat skype..hoho. Kan kalau orang Arab bilang terimakasih itu dengan, “Syukron”.. dan ucapan “you’re welcome”-nya dengan, “Afwan”. Mengapa begitu? Ternyata dibalik itu ada filosofinya :D Afwan itu arti sebenarnya kan “maap”. Lah bilang terimakasih kok dijawab dengan maap sih? Maksud afwan di situ adalah, “maap jika hanya ini yang bisa saya berikan”. Hal ini untuk menekan perasaan sombong karena seseorang bilang terimakasih pada kita. Menghindarkan kita dari sifat sombong. Ya begitulah kira-kira. Semoga masing-masing dari iita bisa mengamalkannya yah..
Baca selengkapnya >>

Apa yah?? Apa aja boleh..

Well, nice to meet you anymore..
It's a little tired to tell you about my trip yesterday..
Bandung,, ugh, i'm sorry for my brothers and sister who couldn't join us,hope you get better trip.
btw, belum merumuskan hasil untuk diberikan ke sekolah karena trip kali ini diberi judul "Studi Banding" then with no money i used, he2.. semuanya dari sekolah, jadi harus ada hasilnya dan yang terpenting, bermanfaat buat perpustakaan. Go..
Sempit-sempitan di mobil APV nggak masalah asal bisa foto bareng manusia gua (loch??)
Bercanda deh, serunya kalo bisa beneran baca di perpus prov.jawa barat sepuasnya, baru itu yang namanya mantap, sayangnya kemaren cuma buat konservasi aja : (
But, besides, sebagai pengganti jalan-jalan ke bogor yang gagal, tak apalah..
The most important thing to do now isfinish my task..

Nice Holiday for you aLL ... : )
Baca selengkapnya >>

Rabu, Juni 23, 2010

Cara membuat Cheese Cake


Wah, kelihatannya simple yah,, kita coba yukk...



Bahan :

  • 175 gr Keju parut
  • 200 gr Mentega
  • 150 gr Tepung terigu
  • 2 btr Kuning telur

Cara Membuat :

  • Mentega dan kuning telur dikocok selama 5 menit.
  • Tambahkan tepung terigu dan keju parut, aduk rata dengan sendok kayu.
  • Giling adonan setebal ± 0,5 cm, lalu potong - potong dengan ukuran 2 x 4 cm.
  • Letakkan diatas loyang yang telah diolesi mentega, panggang hingga kering
Yummy,, selamat mencoba..!!

from : http://www.resepmasakanku.com/resep-kue/resep-kue/resep-kue--kue-keju.html
Baca selengkapnya >>

Senin, Juni 21, 2010

Japanese Mochi


Bahan:
100 gr mochiko/tepung mochi atau tepung ketan
180 ml air
50 gr gula
kacang merah halus (kira kira 4 sendok makan)
potato starch / corn starch secukupnya cara:
- gabung tepung ketan dan air dalam mangkuk tahan panas, aduk rata.
- campurkan gula. aduk rata. tutupi mangkuk dengan plastik,
microwave selama 2 menit (suhu panas). Keluarkan, dan aduk rata pake sendok kayu. Microwave lagi selama 30 detik. Aduk rata.
- dinginkan sampai bisa di bentuk.
- Tutupi talenan dengan plastik. taburi potato starch/cornstarch di atas
talenan(tangan juga ya).
- tuang adonan di atasnya. Potong 4 (pake pisau plastik). bungkus kacang
merah dengan adonan. taburi potato starch dan cornstarch di seluruh mochi

http://www.scribd.com/doc/24309644/resep-makanan-jepang
Baca selengkapnya >>

Amal yang pahalanya besar

Rasulullah pernah berpesan," Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?"

Sahabat menjawab,"Tentu saja!"

Rasulullah kemudian menjelaskan,
"Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam islam, mengukuhkan ukhuwah diantara mereka .Semua itu adalah amal shaleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan." (HR Bukhari-Muslim)
Baca selengkapnya >>

Minggu, Juni 20, 2010

Let's join MILLATFB : )

Wow, millatfacebook sekarang tampilannya makin keren ajah..
Yuk kawan-kawan sesama muslim, kita tutup akun facebook kita dan buka akun di millatfacebook.com.
it's free and muslim only..
Semangat untuk perkembangan dan kemajuan islam, Allahu Akbar..!!
Baca selengkapnya >>

Kamis, Juni 17, 2010

Akibat dari Sebuah Gambar

"Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka berkata, engkau mendengarkan tutur katanya. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh )yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka ; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran) ?" (QS Al-Munafiqun (63):4)

Golongan yang tidak sepenuhnya menyetujui disahkannya Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi Pornoaksi (RU APP) adalah golongan penganut faham liberalisme termasuk wartawan dan seniman, artis dan model termasuk aktivis HAM dan perempuan yang berfaham Liberal. Wartawan Liberal menyatakan bahwa RUU tersebut mengekang kebebasan pers dan para seniman Liberal berdalih RUU itu mengekang kebebasan berekspresi. Sedangkan penggerak HAM berdalih RUU tersebut berpotensi melanggar HAM. Bahkan ada seorang model yang menyatakan tidak bisa cari makan kalau RUU itu disahkan. Inilah salah satu bukti keberhasilan liberalisme meracuni jalan fikiran manusia. Kalau kebebasan pers kemudian diartikan bebas tanpa batas maka jadilah dia 'kebablasan' pers, sebagaimana kebebasan berekspresi menjadi 'kebablasan' berekspresi dan kebebasan HAM menjadi kebablasan HAM. Semuanya akan bermuara pada egoisme mereka tanpa memperhatikan dampak yang mereka timbulkan karenanya.

Yang lebih menyakitkan lagi adalah jawaban dari sebagian mereka yang menyatakan bahwa melihat sebuah gambar itu tergantung dari fikiran yang melihatnya. Kalau yang melihatnya 'ngeres' maka gambar itu jadi gambar porno, tetapi kalau yang melihatnya biasa-biasa saja gambar itu menjelma menjadi sebuah seni. Sungguh sangat naif !! Pernyataan itu justru memperlihatkan bahwa mereka mencoba membunuh naluri atau instink manusia. Manusia normal pasti akan tertarik kalau melihat sosok atau gambar lawan jenisnya. Dan pernyataan itu juga menunjukkan bhawa mereka menutup mata dari kenyataan yang terjadi yang artinya mereka tidak lagi mempunyai kepekaan sosial. Betapa tidak ??! Sudah sangat banyak kasus perkosaan dan kejahatan seksual lainnya yang terjadi karena gambar-gambar porno dan aksi-aksi porno. Bahkan para ulama dan ormas islam menyatakan bahwa pornografi di negeri ini sudah pada tingkat yang 'mengerikan'. Ini adalah akibat sebuha gambar.

Pandangan Islam Tentang Gambar

Allah SWT memiliki asmaul husna 'Al mushowwir' artinya Maha Membentuk Rupa. Tidak ada satu makhluk pun yang boleh menyamai otoritas Allah dalam membentuk rupa ini. Dalam satu hadits qudsi, dari Abu Hurairah ra, bersabda Rasulullah saw :

“Allah berfirman 'Siapakah orang yang lebih zhalim daripada orang menciptakan (sesuatu) seperti ciptaanKu. Maka hendaknya mereka menciptakan sebutir biji atau menciptakan semut kecil.” (HR Bukhari)

Mengapa Allah dan Rasul-Nya sedemikian perhatian dan wanti-wanti atas sebuah gambar? Tentu banyak latar belakang yang secara psikologis dapat diterima. Pertama, adalah latar belakang sejarah. Kalau kita membaca kemblai sejarah kehidupan manusia masa lalu, banyak kerusakan, kemusyrikan, dan pengkultusan akibat dari sebuah gambar! Dan itu terjadi sepanjang sejarah manusia sejak jaman Nuh as, Musa as, Isa as, dll. Jadi, larangan membuat lukisan atau patung makhluk bernyawa adalah sebagai usaha pencegahan supaya hal tersebut tidak terulang lagi pada umat islam. Lalu, apakah ekspresi seni umat islam dimatikan? Tentu tidak, karena islam masih membolehkan membuat gambar yang tidak bernyawa seperti tumbuh-tumbuhan, pemandangan dan gambar makhluk bernyawa lainnya. Ibnu Abbas meriwayatkan dari Nabi Muhammad saw :

“Setiap tukang gambar ada di neraka... “
Ibnu Abbas berkata, “ jika tidak ada jalan lain kecuali engkau harus menggambar maka gambarlah pepohonan dan sesuatu yang tidak bernyawa.” (HR Muslim)

Kedua, adalah latar belakang kejiwaan manusia atas gambar. Sumber informasi utama bagi manusia adalah mata atau dari pandangan. Ketika sebuah gambar mendominasi informasi yang masuk ke dalam jiwa manusia, maka karakter yang ada di dalam gambar akan banyak mempengaruhi jiwanya. Disamping itu, salah satu jalan yang paling utama digunakan syetan untuk menggoda manusia, juga melalui pandangan. Apabila pandangan itu ditujukan kepada suatu objek yang sesuai dengan keinginan syetan, maka godaan itu akan semakin kuat dan sulit untuk dihindarkan yang kahirnya berpengaruh pada perilaku manusia tersebut.

Gambar di dalam rumah

Dengan mengacu kepada arahan dari Rasulullah saw, maka jelas bagi kita bagaimana kedudukan gambar makhluk bernyawa pada seorang muslim. Tentu saja sebagai manusia yang punya daya estetika alias menyukai keindahan, kita harus menempatkannya sesuai dengan rambu-rambu syariat. Kita bisa menempatkan penghias interior rumah kita dengan gambar bernuansa pepohonan, pemandangan atau reliaf-relief yang bernuansa islami. Hiasan yang paling baik bagi rumah kita adalah bacaan Al Qur'an yang dilantunkan oleh penghuninya.

Sedangkan untuk gambar makhluk yang bernyawa, disamping kita dilarang untuk menggambarnya, juga tidak dianjurkan untuk memajangnya di dalam rumah. Rasulullah saw bersabda :

“Malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar-gambar (makhluk yang bernyawa)” (HR Bukhari). Inilah rambu-rambu yang harus kita ikuti agar rumah kita menjad rumah yang barokah. Tentu saja, untuk hal-hal yang tidak bisa kita hindari, hali itu menjadi keringanan bagi kita. Gambar-gambar yang ada pada peralatan rumah tangga seperti pada piring, gelas dll dan juga gambar photo pada KTP tentu saja tidak termasuk kategori yang dilarang.

Dengan adanya rambu-rambu gambar di dalam rumah kita, secara tidak langsung kita menjaga pandangan anggota keluarga kita. Gambar-gambar menakutkan, gambar yang menunjukkan kekerasan, gambar yang 'panas', secara tidak langsung membentuk jiwa yang melihatnya menjadi seperti apa yang ada di gambar itu. Sedangkan gambar-gambar yang sejuk, berupa pemandangan, air, sungai, langit yang biru dll akan menanamkan kesejukan ke dalam jiwa yang memandangnya.

Pornografi dan Pornoaksi

Porno berasal dari bahasa yunani yang berarti wanita jalang, grafi berarti gambar. Jadi, asal kata pornografi adalah gambar wanita jalang. Dalam hal ini, banyak lapisan dosa yang dilakukan oleh pelaku pornografi atau pornoaksi. Yang pertama, adalah membuka aurat di muka umum, yang kedua membuat gambar makhluk bernyawa, ketiga hilangnya rasa malu, keempat mengganggu ketertiban umum, dan yang kelima mengajak untuk mendekati zina. Dengan dosa yang berlapis tersebut, pantas kalau kerusakan yang ditimbulkan begitu besar. Budaya seks bebas, hedonis, perilaku amoral dan penyimpangan seksual adalah dampak dari pornografi dan pornoaksi.

Beberapa hal yang menyebabkan mudahnya penyebaran pornoaksi dan pornografi adalah pertama, perkembangan teknologi informasi yang memunculkan tabloid esek-esek yang bertebaran dimana-mana. Kedua, teknologi VCD dan DVD serta teknik bajakan yang canggih sehingga banyak VCD/DVD porno yang bisa dibeli dengan harga murah. Ketiga, lemahnya penegakkan hukum atas pelaku pornografi dan pornoaksi mulai dari produser, pelaku, distributor, dan pengecer. Hal

Namun, ada satu kenyataan pahit yang harus kita telan. Mengapa mereka bisa mendapatkan keuntungan besar dari bisnis ini? Jawabannya adalah karena ada konsumennya. Siapa konsumen tersebut? Tidak lain adalah kita juga, kaum muslim yang menjadi penduduk terbesar negeri ini. Jadi ternyata banyak di antara kita yang bukan seniman dan bukan wartawan yang justru menyuburkan pornografi dan pornoaksi tersebut. Kalau tidak ada konsumen dari bisnis haram tersebut, pastilah bisnis ini tidak akan maju pesat. Solusi tepat yang harus kita lakukan sekarang adalah “jangan pernah menjadi bagian dari pornografi dan pornoaksi dalam bentuk apapun” Niscaya pornografi akan angkat kaki dari negeri ini. Inilah yang harus ikita perjuangkan dengan usaha pengesahan RUU APP.

Visualisasi Rasulullah saw

Sisi lain yang masih berkaitan dengan gambar adalah visualisasi/penggambaran sosok Rasulullah saw. Pada umumnya visualisasi sosok seorang tokoh akan menyeret pengikut dan pengagumnya kepada kultus individu yang mendudukkan tokoh tersebut sejajar dengan Tuhan. Inilah dampak negativ yang paling parah dari sebuah gambar.

Jadi, pelarangan gambar sosok Rasulullah saw adalah sebuah usaha preventif akan penodaan sosok yang agung dan mulia itu. Karena, secara psikologis ternyata gambar memberikan dampak kejiwaan cukup besar kepada yang melihatnya. Apalagi dengan frekuensi yang sering, gambar dapat merubah mental dan kepribadian yang melihatnya.

Ternyata, sebuah gambar bukanlah hanya sebuah coretan yang tanpa pengaruh. Semakin liberal seseorang dalam mengekspresikan jiwanya pada sebuah gambar, semakin besar dia terpengaruh oleh gambar tersebut. Jadi, jangan pernah menyepelekan sebuah gambar, bahkan kehancuran dunia bisa terjadi karena sebuah gambar. Waspadalah...

Wallahu a’lam bishshowab.
Baca selengkapnya >>

Keajaiban Air

Air ternyata mampu merespon perlakuan apapun yang diberikan padanya, baik berupa kata-kata, tulisan, gambar ataupun suara. Demikian kesimpulan peneliti Jepang, Dr. Masaru Emoto dalam buku The Tre Power of Water. Dalam penelitiannya, Masaru membuktikan, bila air, misalnya, disematkan kata-kata 'kamu bodoh' (dan kata-kata jelek lainnya) maka bentuknya menjadi tak karuan. Sebaliknya, jika air itu disematkan kata-kata 'terima kasih,air' (dan kata-kata baik lainnya) maka bentuknya menjadi kristal cantik yang indah. Penelitian Masaru tersebut akhirnya semakin meneguhkan bahwa air dapat menjadi pengobatan alternatif terhadap gangguan kesehatan. Oleh karena itu, semakin maklum bila kita meminum air dengan menyebut asma Allah maka akan sangat bermanfaat dan berkah bagi tubuh dan jiwa kita.
Baca selengkapnya >>

Yang Berharga Tapi Sia-Sia

Khalifah Utsman bin Affan r.a berkata : "Ada sepuluh hal yang dianggap sia-sia,yaitu:
  • Orang pandai yang tidak pernah diminta pendapatnya
  • Ilmu yang tidak diamalkan
  • Pendapat benar yang tidak diterima
  • Senjata yang tidak pernah dipakai
  • Mesjid yang tidak dipakai shalat
  • Al Qur'an yang tidak di baca
  • Harta yang tidak dibelanjakan
  • Kendaraan yang tidak dinaiki
  • Ilmu Zuhud bagi pecinta dunia
  • Umur panjang yang dugunakan untuk bekal akhirat
Baca selengkapnya >>

TIPS SEHAT DAN BUGAR

Niat Puasa

Motivasi yang kuat untuk berpuasa menyebabkan fisik kita siap untuk menghadapi sesuatu yang diakibatkan oleh puasa tersebut. Diketahui bahwa kadar asam lambung orang yang niat berpuasa lebih rendah dari orang yang kelaparan. Hal ini karena niat (motivasi) puasa menyebabkan penekanan pusat lapar di otak sehingga kita siap menahan lapar sampai waktu berbuka.


Tetap Makan Sahur

Makan sahur penting bagi kita untuk memperoleh cadangan energi dalam melakukan aktivitas keseharian. Bila tidak makan sahur seseorang akan mudah menjadi Hipoglikemia di mana kadar gula dalam darah turun. Hal ini menyebabkan tubuh cepat menjadi lesu, loyo dan mengantuk bahkan mudah lapar.


Hindari Makanan dan Minuman yang Banyak Mengandung Gula Saat Sahur

Makanan dan minuman yang terlalu banyak mengandung gula akan memicu tubuh memproduksi insulin untuk segera menetralkan kadar gula dalam darah. Akibatnya rasa lapar akan cepat timbul dan badan pun menjadi cepat lemas dan lesu. Perbanyak makanan yang mengandung protein tinggi karena akan mudah diolah lebih lambat disbanding jenis makanan lain.


Segera Berbuka Puasa Pada Waktunya

Segeralah berbuka dengan makanan yang manis sebab makanan yang manis lebih baik untuk usus yang kosong dan lebih cepat diubah menjadi energi. Makanlah dan minumlah secukupnya agar beban lambung tidak terlalu berat setelah berjam-jam kosong.


Berolah Raga di Bulan Ramadhan

Salah satu penyebab lelah ketika berpuasa adalah kebiasaan yang salah, ramai-ramai berolah raga setelah sahur. Jadi, waktu yang tepat untuk berolah raga adalah beberapa jam (1-2 jam) sebelum atau sesudah berbuka puasa.


Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut Selama Berpuasa

Ketika berpuasa, semua kegiatan makan dan minum berhenti total. Sehingga produksi kelenjar liur mulut berkurang dan menjadi cepat asam dan berbau. Karena itu dianjurkan untuk segera menggosok gigi sehabis sahur agar sisa-sisa makanan tidak membusuk di rongga mulut.

Baca selengkapnya >>

Sabtu, Juni 12, 2010

Sedikit tentang Ghibah

Ghibah atau yang diistilahkan ngerumpi oleh kalangan awam merupakan santapan lezat bagi manusia. Di mana ada manusia berkumpul maka jarang sekali majelis itu selamat dari membicarakan aib orang lain, apakah itu tetangganya, temannya, iparnya, atau bahkan suami/istri dan orang tuanya sendiri tidak luput dari pembicaraan. Dan setan datang menghiasi, sehingga mereka yang hadir merasa lezat dalam berghibah dan lupa akan ancaman Allah dan Rasul-Nya terhadap perbuatan keji ini.

Yang menyedihkan, perbuatan ghibah ini tidak hanya menimpa orang yang buta atau tidak peduli dengan agamanya, bahkan juga menimpa Muslimin yang telah mengerti tentang hukum-hukum agama ini. Di tempat pengajian mereka mendapat wejangan untuk berhati-hati dari membicarakan aib saudaranya sesama Muslim, mereka diberi peringatan dan ancaman untuk menjaga lisan. Namun ketika keluar dari tempat pengajian mereka tenggelam dalam perbuatan ini dengan sadar ataupun tanpa sadar. Dan memang setan begitu bersemangat untuk menyesatkan anak Adam, Wallahul Musta’an.

Allah Ta’ala berfirman : “Dan janganlah sebagian kalian mengghibah sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentunya kalian tidak menyukainya (merasa jijik). Dan bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Hujurat : 12)

Ghibah ini haram hukumnya dan sangat dicerca. Ibnu Katsir rahimahullah berkata: [ Karena itulah Allah Tabaraka Wa Ta'ala menyerupakan perbuatan ghibah ini dengan memakan daging manusia yang telah mati, sebagaimana Dia berfirman: "Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentunya kalian tidak menyukainya (merasa jijik)." Yakni sebagaimana kalian tidak suka/jijik untuk memakan bangkai manusia secara tabiat, maka hendaklah kalian juga tidak suka untuk melakukan ghibah secara syariat, karena hukuman perbuatan ghibah ini lebih berat. Allah menyebutkan permisalan seperti ini untuk menjauhkan manusia dari berbuat ghibah dan tahzir (peringatan) terhadap perbuatan ini. ]

Dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Tahukah kalian apakah ghibah itu?” Para shahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Lalu beliau bersabda “Engkau menyebut tentang saudaramu dengan apa yang ia tidak sukai.” Lalu ditanyakan lagi : “Apa pendapatmu, wahai Rasulullah, jika memang perkara yang kukatakan itu ada pada saudaraku?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab : “Jika memang perkara yang kau katakan itu ada padanya maka sungguh engkau telah meng-ghibahnya dan jika perkara yang yang kau katakan itu tidak ada padanya maka sungguh engkau telah berdusta.” (HR Muslim dalam Shahih-nya nomor 2589)

Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma menceritakan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam naik ke mimbar, lalu beliau berseru dengan suara yang lantang: “Wahai orang-orang yang mengaku beriman dengan lisannya namun iman itu belum masuk (belum sampai) ke dalam hatinya, janganlah kalian menyakiti kaum Muslimin, jangan kalian mengghibah mereka dan mencari-cari aurat mereka (kejelekan mereka), karena sesungguhnya siapa yang mencari-cari aurat saudaranya yang Muslim niscaya Allah akan mencari-cari auratnya dan siapa yang dicari-cari auratnya oleh Allah maka Allah akan membeberkan aurat tersebut walaupun di tengah rumahnya.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud.)

Ketika ‘Aisyah radhiallahu ‘anha – istri yang paling Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam cintai – menjelekkan madunya, maka beliau bersegera mengingkari perbuatan ‘Aisyah. Cinta beliau yang besar kepada sang istri tidak menghalangi beliau untuk menasehati dan menyalahkan perbuatannya yang menyimpang. Ketika itu ‘Aisyah berkata dengan rasa cemburunya: “Wahai Rasulullah cukup bagimu Shafiyah, dia begini dan begitu.” Berkata salah seorang perawi hadits ini : “Yang ‘Aisyah maksudkan adalah Shafiyah itu pendek.” Maka mendengar hal itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Sungguh engkau telah mengucapkan satu kata yang seandainya kata tersebut dicampurkan dengan air laut niscaya dapat mencemarinya.” (HR. Abu Daid dan Tirmidzi. Dishahihkan Asy Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud nomor 4080. Shahih Sunan Tirmidzi nomor 2034. )

Perkataan ghibah ini memang ringan diucapkan lisan namun berat dalam timbangan kejelekan. Kenapa tidak? Sementara ada siksa yang secara khusus diancamkan bagi pelaku ghibah, seperti yang diceritakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam: “Tatkala aku di-Mi’raj-kan(dibawa ke langit oleh Malaikat Jibril dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, pent.), aku melewati suatu kaum (di neraka, pent.) yang mereka memiliki kuku-kuku dari tembaga. Dengankuku-kuku tersebut mereka mencakari wajah dan dada mereka. Maka aku bertanya kepada Jibril : “Siapa mereka itu, wahai Jibril?” Jibril menjawab : “Mereka adalah orang-orang yang(ketika di dunia, pent.) memakan daging manusia (berbuatghibah, pent.) dan melanggar kehormatan manusia.” (HR. Abu Daud. Dishahihkan Asy Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud nomor 4082. As Shahihah nomor 533).

Asy Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali dalam kitabnya Bahjatun Nadhirin Syarah Riyadlush Shalihin berkata: [ dan di antara cabang ayat ini (surat Al Hujurat ayat 12) ] adalah :

  1. Ghibah adalah penyebab aib seseorang ketika ia tidak hadir. Allah menyamakan orang yang tidak hadir dengan mayat karena ia tidak mampu untuk membela dirinya dan menolak pembicaraan tentang aibnya. Demikian pula mayat, dia tidak tahu bila dagingnya dimakan sebagaimana orang hidup dia tidak tahu ketika dia sedang ghaib (tidak berada di tempat) tentang orang yang mengghibahnya.
  2. Dalam ayat ini ada dalil tentang hujjah qiyasul aula dan keterangannya adalah: Firman Allah Ta’ala : (Fakarihtumuuhu), di dalamnya ada dua sisi/makna :
  3. a. Kalian tidak suka/jijik untuk memakan bangkai. Maka hendaklah kalian tidak suka perbuatan ghibah.

    b. Kalian tidak suka manusia mengghibah kalian. Maka hendaklah kalian tidak suka untuk mengghibah manusia.

  4. Sebagaimana tidak pantas bagi seorang hamba untuk menyebut seseorang yang telah meninggal kecuali kebaikannya, maka demikian pula sepantasnya ia tidak menyebut saudaranya dari kalangan Muslimin kecuali kebaikan ketika saudaranya itu tidak hadir di hadapannya. (Dinukil dari Bahjatun Nadhirin Syarah Riyadlush Shalihin halaman 6-7)

Al Imam An Nawawi rahimahullah berkata dalam Al Adzkar :

“Adapun ghibah adalah engkau menyebut seseorang dengan apa yang ia tidak sukai, sama saja apakah (ghibah itu menyangkut) tubuhnya, agamanya, dunianya, jiwanya, fisiknya, akhlaknya, hartanya, anaknya, orang tuanya, istrinya, pembantunya, budaknya, sorbannya, pakaiannya, cara jalannya, gerakannya, senyumnya, muka masamnya, atau yang selainnya dari perkara yang menyangkut diri orang tersebut. Sama saja apakah engkau menyebut tentang orang tersebut dengan lafadhmu (ucapan bibirmu) atau tulisanmu, atau melalui tanda dan isyarat matamu, atau dengan tanganmu, atau kepalamu atau yang semisalnya.

  1. Ghibah yang menyangkut badan seseorang misalnya engkau mengatakan : Si Fulan buta, atau pincang, picak, gundul, pendek, tinggi, hitam, kuning, dan lain-lain.
  2. Ghibah yang berkaitan dengan agama, misalnya engkau berkata : Si Fulan itu fasik, atau pencuri, pengkhianat, dhalim, meremehkan shalat, bermudah-mudah dalam perkara najis, tidak berbuat baik pada orang tuanya, tidak memberikan zakat pada tempatnya, tidak menjauhi ghibah, dan lain-lain.
  3. Ghibah yang menyangkut urusan dunia seseorang, misalnya engkau berkata : Si Fulan kurang adabnya, meremehkan manusia, tidak memandang ada orang yang punya hak terhadapnya, banyak bicara, banyak makan dan tidur, tidur bukan pada waktunya, duduk tidak pada tempatnya, dan lain-lain.
  4. Ghibah yang bersangkutan dengan orang tuanya, misalnya engkau mengatakan : Si Fulan itu ayahnya fasik. Atau mengatakan dengan nada merendahkan : Si Fulan anaknya tukang sepatu, anaknya penjual kain, anaknya tukang kayu, anaknya pandai besi, anaknya orang sombong, dan lain-lain.
  5. Ghibah yang menyangkut akhlak, misalnya engkau berkata: Si Fulan jelek akhlaknya, sombong, ingin dilihat bila beramal (riya), sifatnya tergesa-gesa, lemah hatinya, dan lain-lain.
  6. Ghibah yang berkaitan dengan pakaian seseorang, misalnya engkau berkata : Si Fulan lebar kerah bajunya, bajunya kepanjangan, dan lain-lain.
  7. Yang jelas, batasan ghibah adalah engkau menyebut seseorang dengan apa yang ia tidak sukai, apakah dengan ucapan bibirmu atau yang lainnya. Dan setiap perkara yang dapat dipahami oleh orang lain bahwa itu menyangkut kekurangan seorang Muslim maka hal tersebut merupakan ghibah yang diharamkan.
  8. Dan termasuk ghibah adalah meniru-nirukan tingkah laku seseorang untuk menunjukkan kekurangan yang ada padanya, misalnya menirukan cara berjalannya dengan membungkuk dan sebagainya.
  9. Termasuk pula dalam ghibah ini apabila seorang penulis kitab menyebutkan tentang seseorang dalam kitabnya, dengan mengatakan : “Telah berkata Fulan begini dan begitu…” Yang ia inginkan dengan tulisannya tersebut untuk menjatuhkan si Fulan dan menjelekkannya.

    Namun apabila tujuan penulisan tersebut untuk menjelaskan kesalahan si Fulan agar orang lain tidak mengikutinya, atau untuk menjelaskan kelemahannya dalam bidang ilmu agar manusia tidak tertipu dengannya dan tidak menerima pendapatnya, maka hal ini bukanlah termasuk ghibah. Bahkan ini merupakan nasihat yang wajib dan diberi pahala bagi pelakunya.

    Demikian pula bila seorang penulis atau yang lainnya berkata : “Telah berkata satu kaum atau satu kelompok begini dan begitu, dan perkataan ini salah dan menyimpang. .” Maka ini bukan termasuk ghibah karena tidak langsung menyebut individu atau kelompok tertentu.

  10. Termasuk ghibah bila dikatakan kepada seseorang :
    “Bagaimana keadaannya si Fulan?” Lalu orang yang ditanya menjawab : “Alhamdulillah, keadaan kita tidak seperti dia, semoga Allah menjauhkan kita dari kejelekan dan kurangnya rasa malu . .” Atau ucapan-ucapan lain yang dipahami maksud dibaliknya untuk menjelekkan orang lain, walaupun si pengucap berlagak memanjatkan doa. (Demikian kami ringkaskan dari nukilan Asy Syaikh Salim Al Hilali dalam kitabnya Bahjatun Nadhirin 3/25-27)

Yang Dikecualikan Dari Ghibah
Al Imam Nawawi rahimahullah dalam kitabnya Riyadlus Shalihin menyebutkan beberapa perkara yang dikecualikan dari ghibah :

  1. Mengadukan kezhaliman seseorang kepada penguasa atau hakim atau orang yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan kezhaliman tersebut.
  2. Meminta tolong kepada orang yang memiliki kemampuan untuk merubah kemungkaran dan mengembalikan pelaku maksiat kepada kebenaran.
  3. Mengadukan seseorang dalam rangka meminta fatwa kepada mufti, seperti perbuatan Hindun ketika mengadukan suaminya Abu Sufyan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, ia berkata : “Sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang yang kikir, ia tidak memberi nafkah yang mencukupi aku dan anakku, kecuali bila aku mengambilnya tanpa sepengetahuannya (apakah ini dibolehkan)?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab : “Ambillah sekedar dapat mencukupi dirimu dan anakmu dengan ma’ruf.” (HR. Bukhari dan Muslim nomor 1714 dari ‘Aisyah radhiallahu’anha
  4. Dalam rangka memperingatkan kaum Muslimin dari kejelekan dan menasehati mereka. Hal ini dari beberapa sisi, di antaranya :

    a. Men-jarh (menyebutkan kejelekan) para perawi hadits, misalnya dikatakan: Si Fulan rawi yang dusta, dhaif.

    b. Ketika diminta pendapat (diajak musyawarah) dalam memilih pasangan hidup, atau yang lainnya. Maka wajib bagi yang diajak musyawarah untuk tidak menyembunyikan kejelekan yang diketahuinya dengan meniatkan nasihat. Sebagaimana hal ini dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ketika dimintai pendapat oleh Fathimah bintu Qais radhiallahu ‘anha dalam menentukan pilihan antara menerima pinangan Muawiyyah atau Abu Jahm radhiallahu ‘anhuma. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menasehatkan : “Adapun Muawiyyah, maka dia seorang yang fakir, tidak memiliki harta. Sedangkan Abu Jahm dia tidak pernah meletakkan tongkatnya dari pundaknya (yakni suka memukul wanita, pent.)”(HR. Bukhari dan Muslim nomor 1480)

    c. Ketika melihat ada seseorang yang sering bertamu ke rumah ahlul bid’ah atau orang fasik dan dikhawatirkan orang itu akan terpengaruh/kena getahnya, maka wajib menasehatinya dengan menjelaskan keadaan ahlul bid’ah atau orang fasik itu.

  5. Menyebutkan kejelekan orang yang terang-terangan berbuat maksiat atau bid’ah seperti minum khamar, merampas harta orang lain, dan lain-lain.
  6. Menyebut seseorang dengan gelaran/perkara yang dia terkenal/masyhur dengannya, misalnya : Si buta, si pendek, si hitam, dan lain-lain. (Dinukil dengan ringkas dari Riyadlus Shalihin halaman 450-451. Cetakan Maktabatul Ma’arif)

Apakah Ghibah Termasuk Dosa Besar?
Al Imam Ash Shan’ani rahimahullah dalam kitabnya Subulus Salam berkata : “Ulama berselisih apakah ghibah ini termasuk dosa kecil atau dosa besar. Al Imam Al Qurthubi menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa ghibah termasuk dosa besar.” (Lihat Subulus Salam 4/292.Cetakan Maktabah Al Irsyad. Shan’a). Dan pendapat bahwasanya ghibah adalah dosa besar inilah yang didukung oleh dalil sebagaimana diterangkan Al Imam Ash Shan’ani. [( Namun ijma' yang disebutkan ini tidaklah benar karena Al Hafidh Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan bahwa penulis kitab Ar Raudlah dan Al Imam Ar Rafi'i berpendapat bahwa ghibah termasuk dosa kecil. (Fathul Bari 10/480. Al Maktabah As Salafiyyah)].

Termasuk dalil yang menunjukkan besarnya dosa ghibah adalah hadits yang diriwayatkan Abu Daud dalam Sunan-nya dari Said bin Zaid, ia berkata bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Sesungguhnya termasuk perbuatan riba yang paling puncak adalah melanggar kehormatan seorang Muslim tanpa haq.” (Hadits ini dishahihkan oleh Asy Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud nomor 4081. Ash Shahihah 1433 dan 1871 dan dishahihkan pula oleh Asy Syaikh Muqbil bin Hadi dalam kitabnya Ash Shahihul Musnad)

Haramnya Mendengarkan Ghibah
Al Imam An Nawawi dalam Al Adzkar :

“Ketahuilah sebagaimana ghibah itu diharamkan bagi pelakunya, diharamkan pula bagi pendengar untuk mendengarkannya. Maka wajib bagi orang yang mendengar seseorang ingin berbuat ghibah untuk melarangnya apabila ia tidak mengkhawatirkan terjadinya mudharat.

  1. Apabila ia khawatir terjadi mudharat maka hendaknya ia mengingkarinya dengan hatinya dan meninggalkan majelis itu bila memungkinkan.
  2. Apabila ia mampu untuk mengingkari dengan lisannya atau memotong pembicaraan ghibah dengan membelokkan pada pembicaraan lain, maka wajib baginya untuk melakukannya. Bila tidak ia lakukan maka sungguh ia telah bermaksiat.
  3. Apabila ia berkata dengan lisannya : ‘Diam’ (berhentilah dari ghibah) sementara hatinya menginginkan ghibah itu diteruskan, maka yang demikian itu adalah nifak dan pelakunya berdosa. Seharusnya ketika lisan melarang, hati pun turut mengingkari.
  4. Dan kapan seseorang terpaksa berada di majelis yang diucapkan ghibah padanya sementara ia tidak mampu untuk mengingkarinya atau ia mengingkari namun ditolak dan ia tidak mendapatkan jalan untuk meninggalkan majelis tersebut, maka haram baginya untuk bersengaja mencurahkan pendengaran dan perhatian pada ghibah yang diucapkan. Namun hendaknya ia berdzikir kepada Allah dengan lisan dan hatinya, atau dengan hatinya saja, atau ia memikirkan perkara lain agar ia tersibukkan dari mendengarkan ghibah tersebut. Setelah itu apabila ia menemukan jalan untuk keluar dari majelis itu sementara mereka yang hadir terus tenggelam dalam ghibah, maka wajib baginya untuk meninggalkan tempat itu.” (Dinukil dari Bahjatun Nadhirin 3/29-30)

Cara Bertaubat Dari Ghibah
Ada dua pendapat ulama dalam masalah ini dan keduanya merupakan riwayat dari Al Imam Ahmad, yaitu :

  1. Apakah cukup bertaubat dari ghibah dengan memintakan ampun kepada Allah untuk orang yang dighibah?
  2. Ataukah harus memberitahukannya dan meminta kehalalannya?

co

Yang benar adalah tidak perlu memberitahukan ghibah itu kepada yang dighibahi, tapi cukup memintakan ampun untuknya dan menyebutkan kebaikan-kebaikannya di tempat dia mengghibah saudaranya tersebut. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah dan selainnya. (Nashihati lin Nisa’ halaman 31. Cetakan Darul Haramain)

Demikian kami tutup pembahasan ghibah ini dengan mengajak kepada diri kami dan pembaca untuk selalu bertakwa kepada Allah dengan menjauhi perbuatan ghibah dan menyibukkan diri dengan aib/kekurangan yang ada pada diri sendiri. Dan barangsiapa sibuk dengan aibnya sendiri dan tidak mengorek aib orang lain bahkan ia menjunjung kehormatan orang lain, maka sungguh ia telah mengenakan salah satu dari perhiasan akhlak yang mulia.

Wallahu A’lam Bis Shawwab.
-author by SiRay Sensaura

Baca selengkapnya >>

Penyakit lidah yang sangat berbahaya

Pss..t!! Ada yang lagi marah-marah tuh. Kenapa ya? Kita baca aja yuk..
Seorang gadis dengan wajah BT berjalan sambil menekuk wajahnya dan memegang hnadphone di tangannya. Dengan satu tangan dia mengetik..

"Uff.. BT banget hari ini! Tuh irang mauny apa sih? Udah dibaik-baikin, eh malah bales nyakitin. Sialan banget sih tuh orang!"

Astaghfirullah, ucap saya ketika membacanya. Kawan kita yang satu ini, bahkan mengumpat lewat statusnya di Facebook. Semoga Allah mengampuni dosanya.Aamiin.

Nah, hal yang kaya gini nih, pasti sering banget kita denger dari bibir kawan kita. Bahkan secara tidak sadar, dari bibir kita sendiri.

Padahal yang namanya mengeluh, mengumpat, mencaci, ghibah atau bahkan hanya bilang, "Capek..." itu sudah merupakan wujud dari rasa kufur kita terhadap nikmat Allah S.W.T. Na'udzubillahi min dzalik.

Kenapa??

Yuk, kita bahas bareng-bareng!!

1. kalau kita mengeluh dengan bilang, capek, bosen, atau menyedihkannya hidup kita, berarti pandangan kita masih sempit.
kalau kita mau berfikir luas, kita akan lihat tukang bakso yang keliling kampung untuk membiayai kehidupan sehari-hari keluarganya. Meski panas terik, hujan deras, mereka nggak berhenti tuh. Karena apa? Karena kalau mereka berhenti atau mengeluh capek, keluarga mereka nggak akan bisa makan. So, kebayang kan? Kalau kita harus melakukan apa yang mereka lakukan.
Mau ribuan kali ngeluh juga nggak akan ada hasilnya. Jadi, kawan-kawan jangan suka ngeluh ya, mari belajar bersabar dan bersyukur, OK??

2. Mengumpat orang lain dengan kata-kata yang tidak baik. Biasanya kalau remaja seumuran kita nih, masih rawan sama yang namanya "ngatain orang."
Kalau tadi mengeluh dampaknya adalah hidup yang tidak bahgaia dan termasuk dalam golongan hamba yang kufur. Kalau yang ini nih, selain bikin hidup jadi nggak bahagia, juga bisa bikin hidup orang lain juga nggak bahagia. Lho kok bisa? Ya iyalah.

Mana ada sih orang jaman sekarang yang mau dikatain? Pasti bawaannya jadi kesel dan maunya ngamuk. Betul nggak? Nah, makanya, sebelum kita ngatain orang dengan kata-kata kasar dan buruk, alangkah baiknya kalau kita instropeksi diri kita dulu. Dan jangan lupa, Rasulullah pernah mengajarkan bahwa kita hrus melupakan keburukan orang lain dan mengingat kebaikannya. Insya Allah deh hidup akan terasa bahagia selalu.

3. Ghibah? Nah, ini nih penyakit yang tanpa kita sadari sering kita lakukan. Apa itu? menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Hayo... siapa yang suka nonton ghosip?? Hati-hati lho ghibah..!!

Dan ternyata ghibah itu nggak cuma nge-gosip aja. Ada lagi yang lain, contohnya :
"Eh, liat deh. Cewek yang barusan lewat itu, warna bajunya norak banget yah!!"
Wah, kalau sampai cewek yang diomongin mendengarnya, pasti dia akan malu dan kesal. Dia pasti akan merasa tidak suka. Memangnya enak kalau tidak disukai orang lain?

Ada contoh lagi,
"Si Rita itu ya (bukan nama sebenernya), masa dia ngomongin aku di depan guru. Aku kan jadi malu kalau ketemu guru itu."
Emang sih, diomongin orang itu nggak enak, tapi bukan berarti, kita boleh balik ngomongin dia. Bukan begitu caranya. Ada resep supaya kita nggak kesel mesiki diomongin orang. Apa itu?

Resep rahasianya adalah kita nggak usah kesal sama orang yang sudah membicarakan dan memfitnah kita, kita cukup berpikir,
"Wah dia perhatian banget sih. Sampai membicarakan aku di depan temannya." Anggap saja, itu merupakan bukti perhatian seseorang kepada kita. Juga, anggap saja, kalau dia ingin mengingatkan kita akan kesalahan kita agar kita berubah. Mungkin, lewat cara ini, Allah ingin menunjukkan di mana letak kesalahan kita.

Wah, udah ngerti kan resep rahasianya. Dan ada satu hal lagi nih, yang bahaya banget dari ghibah. Baca yang satu ini yah:

Ketika ‘Aisyah radhiallahu ‘anha – istri yang paling Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam cintai – menjelekkan madunya, maka beliau bersegera mengingkari perbuatan ‘Aisyah. Cinta beliau yang besar kepada sang istri tidak menghalangi beliau untuk menasehati dan menyalahkan perbuatannya yang menyimpang. Ketika itu ‘Aisyah berkata dengan rasa cemburunya: “Wahai Rasulullah cukup bagimu Shafiyah, dia begini dan begitu.” Berkata salah seorang perawi hadits ini : “Yang ‘Aisyah maksudkan adalah Shafiyah itu pendek.” Maka mendengar hal itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Sungguh engkau telah mengucapkan satu kata yang seandainya kata tersebut dicampurkan dengan air laut niscaya dapat mencemarinya.” (HR. Abu Daid dan Tirmidzi. Dishahihkan Asy Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud nomor 4080. Shahih Sunan Tirmidzi nomor 2034. )

Nah, kalau itu kan Aisyah, yang Rasulullah pun bisa langsung menegur dan menasihati. Kalau kita? Nggak mungkin kan, numpuk daging busuk (bangkai) di perut kita? Apalagi, daging saudara sendiri. Kalau aku sih, nggak deh!!

Nah, akan lebih baik kalau bibir kita, selalu kita hiasi dengan tasbih dan senyum. Mengingat Allah di manapun kita berada, tentu lebih baik bukan daripada mengingat keburukan orang lain. Cukup 2 sentimeter ke kiri dan 2 sentimeter ke kanan. : )
Wah, cantiknya...
(^_^)
Baca selengkapnya >>

Kamis, Juni 10, 2010

Shalahuddin Al Ayyubi


Hudzaifah.org - SULTAN SALAHUDDIN AL-AYYUBI, namanya telah terpateri di hati sanubari pejuang Muslim yang memiliki jiwa patriotik dan heroik, telah terlanjur terpahat dalam sejarah perjuangan umat Islam karena telah mampu menyapu bersih, menghancurleburkan tentara salib yang merupakan gabungan pilihan dari seluruh benua Eropa.

Konon guna membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di kalangan Islam yang saat itu telah tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat estafet yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad saw., maka Salahuddinlah yang mencetuskan ide dirayakannya kelahiran Nabi Muhammad saw. Melalui media peringatan itu dibeberkanlah sikap ksatria dan kepahlawanan pantang menyerah yang ditunjukkan melalui "Siratun Nabawiyah". Hingga kini peringatan itu menjadi tradisi dan membudaya di kalangan umat Islam.

Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu dengan sifat perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar itu. Rasa tanggung jawab terhadap agama (Islam) telah ia baktikan dan buktikan dalam menghadapi serbuan tentara ke tanah suci Palestina selama dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan, keampuhan dan kemampuannya dapat memukul mundur tentara Eropa di bawah pimpinan Richard Lionheart dari Inggris.

Hendaklah diingat, bahwa Perang Salib adalah peperangan yang paling panjang dan dahsyat penuh kekejaman dan kebuasan dalam sejarah umat manusia, memakan korban ratusan ribu jiwa, di mana topan kefanatikan membabi buta dari Kristen Eropa menyerbu secara menggebu-gebu ke daerah Asia Barat yang Islam.

Seorang penulis Barat berkata, "Perang Salib merupakan salah satu bagian sejarah yang paling gila dalam riwayat kemanusiaan. Umat Nasrani menyerbu kaum Muslimin dalam ekspedisi bergelombang selama hampir tiga ratus tahun sehingga akhirnya berkat kegigihan umat Islam mereka mengalami kegagalan, berakibat kelelahan dan keputusasaan. Seluruh Eropa sering kehabisan manusia, daya dan dana serta mengalami kebangkrutan sosial, bila bukan kehancuran total. Berjuta-juta manusia yang tewas dalam medan perang, sedangkan bahaya kelaparan, penyakit dan segala bentuk malapetaka yang dapat dibayangkan berkecamuk sebagai noda yang melekat pada muka tentara Salib. Dunia Nasrani Barat saat itu memang dirangsang ke arah rasa fanatik agama yang membabi buta oleh Peter The Hermit dan para pengikutnya guna membebaskan tanah suci Palestina dari tangan kaum Muslimin".

"Setiap cara dan jalan ditempuh", kata Hallam guna membangkitkan kefanatikan itu. Selagi seorang tentara Salib masih menyandang lambang Salib, mereka berada di bawah lindungan gereja serta dibebaskan dari segala macam pajak dan juga untuk berbuat dosa.

Peter The Hermit sendiri memimpin gelombang serbuan yang kedua terdiri dari empat puluh ribu orang. Setelah mereka sampai ke kota Malleville mereka menebus kekalahan gelombang serbuan pertama dengan menghancurkan kota itu, membunuh tujuh ribu orang penduduknya yang tak bersalah, dan melampiaskan nafsu angkaranya dengan segala macam kekejaman yang tak terkendali. Gerombolan manusia fanatik yang menamakan dirinya tentara Salib itu mengubah tanah Hongaria dan Bulgaria menjadi daerah-daerah yang tandus.

"Bilamana mereka telah sampai ke Asia Kecil, mereka melakukan kejahatan-kejahatan dan kebuasan-kebuasan yang membuat alam semesta menggeletar" demikian tulis pengarang Perancis Michaud.

Gelombang serbuan tentara Salib ketiga yang dipimpin oeh seorang Rahib Jerman, menurut pengarang Gibbon terdiri dari sampah masyarakat Eropa yang paling rendah dan paling dungu. Bercampur dengan kefanatikan dan kedunguan mereka itu izin diberikan guna melakukan perampokan, perzinaan dan bermabuk-mabukan. Mereka melupakan Konstantin dan Darussalam dalam kemeriahan pesta cara gila-gilaan dan perampokan, pengrusakan dan pembunuhan yang merupakan peninggalan jelek dari mereka atas setiap daerah yang mereka lalui" kata Marbaid.

Gelombang serbuan tentara Salib keempat yang diambil dari Eropa Barat, menurut keterangan penulis Mill "terdiri dari gerombolan yang nekat dan ganas. Massa yang membabi buta itu menyerbu dengan segala keganasannya menjalankan pekerjaan rutinnya merampok dan membunuh. Tetapi akhirnya mereka dapat dihancurkan oleh tentara Hongaria yang naik pitam dan telah mengenal kegila-gilaan tentara Salib sebelumnya.

Tentara Salib telah mendapat sukses sementara dengan menguasai sebagian besar daerah Syria dan Palestina termasuk kota suci Yerusalem. Tetapi Kemenangan-kemenangan mereka ini telah disusul dengan keganasan dan pembunuhan terhadap kaum Muslimin yang tak bersalah yang melebihi kekejaman Jengis Khan dan Hulagu Khan.

John Stuart Mill ahli sejarah Inggris kenamaan, mengakui pembunuhan-pembunuhan massal penduduk Muslim ini pada waktu jatuhnya kota Antioch. Mill menulis: "Keluruhan usia lanjut, ketidakberdayaan anak-anak dan kelemahan kaum wanita tidak dihiraukan sama sekali oleh tentara Latin yang fanatik itu. Rumah kediaman tidak diakui sebagai tempat berlindung dan pandangan sebuah masjid merupakan pembangkit nafsu angkara untuk melakukan kekejaman. Tentara Salib menghancurleburkan kota-kota Syria, membunuh penduduknya dengan tangan dingin, dan membakar habis perbendaharaan kesenian dan ilmu pengetahuan yang sangat berharga, termasuk "Kutub Khanah" (Perpustakaan) Tripolis yang termasyhur itu. "Jalan raya penuh aliran darah, sehingga keganasan itu kehabisan tenaga," kata Stuart Mill. Mereka yang cantik rupawan disisihkan untuk pasaran budak belian di Antioch. Tetapi yang tua dan yang lemah dikorbankan di atas panggung pembunuhan.

Lewat pertengahan abad ke-12 Masehi ketika tentara Salib mencapai puncak kemenangannya dan Kaisar Jerman, Perancis serta Richard Lionheart Raja Inggris telah turun ke medan pertempuran untuk turut merebut tanah suci Baitul Maqdis, gabungan tentara Salib ini disambut oleh Sultan Shalahuddin al Ayyubi (biasa disebut Saladin), seorang Panglima Besar Muslim yang menghalau kembali gelombang serbuan umat Nasrani yang datang untuk maksud menguasai tanah suci. Dia tidak saja sanggup untuk menghalau serbuan tentara Salib itu, akan tetapi yang dihadapi mereka sekarang ialah seorang yang berkemauan baja serta keberanian yang luar biasa yang sanggup menerima tantangan dari Nasrani Eropa.

Siapakah Shalahuddin? Bagaimana latar belakang kehidupannya?

Shalahuddin dilahirkan pada tahun 1137 Masehi. Pendidikan pertama diterimanya dari ayahnya sendiri yang namanya cukup tersohor, yakni Najamuddin al-Ayyubi. Di samping itu pamannya yang terkenal gagah berani juga memberi andil yang tidak kecil dalam membentuk kepribadian Shalahuddin, yakni Asaduddin Sherkoh. Kedua-duanya adalah pembantu dekat Raja Syria Nuruddin Mahmud.

Asaduddin Sherkoh, seorang jenderal yang gagah berani, adalah komandan Angkatan Perang Syria yang telah memukul mundur tentara Salib baik di Syria maupun di Mesir. Sherkoh memasuki Mesir dalam bulan Februari 1167 Masehi untuk menghadapi perlawanan Shawer seorang menteri khalifah Fathimiyah yang menggabungkan diri dengan tentara Perancis. Serbuan Sherkoh yang gagah berani itu serta kemenangan akhir yang direbutnya dari Babain atas gabungan tentara Perancis dan Mesir itu menurut Michaud �memperlihatkan kehebatan strategi tentara yang bernilai ringgi.�

Ibnu Aziz AI Athir menulis tentang serbuan panglima Sherkoh ini sebagai berikut: "Belum pernah sejarah mencatat suatu peristiwa yang lebih dahsyat dari penghancuran tentara gabungan Mesir dan Perancis dari pantai Mesir, oleh hanya seribu pasukan berkuda".

Pada tanggal 8 Januari 1169 M Sherkoh sampai di Kairo dan diangkat oleh Khalifah Fathimiyah sebagai Menteri dan Panglima Angkatan Perang Mesir. Tetapi sayang, Sherkoh tidak ditakdirkan untuk lama menikmati hasil perjuangannya. Dua bulan setelah pengangkatannya itu, dia berpulang ke rahmatullah.

Sepeninggal Sherkoh, keponakannya Shalahuddin al-Ayyubi diangkat jadi Perdana Menteri Mesir. Tak seberapa lama ia telah disenangi oleh rakyat Mesir karena sifat-sifatnya yang pemurah dan adil bijaksana itu. Pada saat khalifah berpulang ke rahmatullah, Shalahuddin telah menjadi penguasa yang sesungguhnya di Mesir.

Di Syria, Nuruddin Mahmud yang termasyhur itu meninggal dunia pada tahun 1174 Masehi dan digantikan oleh putranya yang berumur 11 tahun bernama Malikus Saleh. Sultan muda ini diperalat oleh pejabat tinggi yang mengelilinginya terutama (khususnya) Gumushtagin. Shalahuddin mengirimkan utusan kepada Malikus Saleh dengan menawarkan jasa baktinya dan ketaatannya. Shalahuddin bahkan melanjutkan untuk menyebutkan nama raja itu dalam khotbah-khotbah Jumatnya dan mata uangnya. Tetapi segala macam bentuk perhatian ini tidak mendapat tanggapan dari raja muda itu berserta segenap pejabat di sekelilingnya yang penuh ambisi itu. Suasana yang meliputi kerajaan ini sekali lagi memberi angin kepada tentara Salib, yang selama ini dapat ditahan oleh Nuruddin Mahmud dan panglimanya yang gagah berani, Jenderal Sherkoh.

Atas nasihat Gumushtagin, Malikus Saleh mengundurkan diri ke kota Aleppo, dengan meninggalkan Damaskus diserbu oleh tentara Perancis. Tentara Salib dengan segera menduduki ibukota kerajaan itu, dan hanya bersedia untuk menghancurkan kota itu setelah menerima uang tebusan yang sangat besar. Peristiwa itu menimbulkan amarah Shalahuddin al-Ayyubi yang segera ke Damaskus dengan suatu pasukan yang kecil dan merebut kembali kota itu.

Setelah ia berhasil menduduki Damaskus dia tidak terus memasuki istana rajanya Nuruddin Mahmud, melainkan bertempat di rumah orang tuanya. Umat Islam sebaliknya sangat kecewa akan tingkah laku Malikus Saleh. dan mengajukan tuntutan kepada Shalahuddin untuk memerintah daerah mereka. Tetapi Shalahuddin hanya mau memerintah atas nama raja muda Malikus Saleh. Ketika Malikus Saleh meninggal dunia pada tahun 1182 Masehi, kekuasaan Shalahuddin telah diakui oleh semua raja-raja di Asia Barat.

Diadakanlah gencatan senjata antara Sultan Shalahuddin dan tentara Perancis di Palestina, tetapi menurut ahli sejarah Perancis Michaud: "Kaum Muslimin memegang teguh perjanjiannya, sedangkan golongan Nasrani memberi isyarat untuk memulai lagi peperangan." Berlawanan dengan syarat-syarat gencatan senjata, penguasa Nasrani Renanud atau Reginald dari Castillon menyerang suatu kafilah Muslim yang lewat di dekat istananya, membunuh sejumlah anggotanya dan merampas harta bendanya.

Lantaran peristiwa itu Sultan sekarang bebas untuk bertindak. Dengan siasat perang yang tangkas Sultan Shalahuddin mengurung pasukan musuh yang kuat itu di dekat bukit Hittin pada tahun 1187 M serta menghancurkannya dengan kerugian yang amat besar. Sultan tidak memberikan kesempatan lagi kepada tentara Nasrani untuk menyusun kekuatan kembali dan melanjutkan serangannya setelah kemenangan di bukit Hittin. Dalam waktu yang sangat singkat dia telah dapat merebut kembali sejumlah kota yang diduduki kaum Nasrani, termasuk kota-kota Naplus, Jericho, Ramlah, Caosorea, Arsuf, Jaffa dan Beirut. Demikian juga Ascalon telah dapat diduduki Shalahuddin sehabis pertempuran yang singkat yang diselesaikan dengan syarat-syarat yang sangat ringan oleh Sultan yang berhati mulia itu.

Sekarang Shalahuddin menghadapkan perhatian sepenuhnya terhadap kota Jerusalem yang diduduki tentara Salib dengan kekuatan melebihi enam puluh ribu prajurit. Ternyata tentara salib ini tidak sanggup menahan serbuan pasukan Sultan dan menyerah pada tahun 1193. Sikap penuh perikemanusiaan Sultan Shalahuddin dalam memperlakukan tentara Nasrani itu merupakan suatu gambaran yang berbeda seperti langit dan bumi, dengan perlakuan dan pembunuhan secara besar-besaran yang dialami kaum Muslimin ketika dikalahkan oleh tentara Salib sekitar satu abad sebelumnya.

Menurut penuturan ahli sejarah Michaud, pada waktu Jerusalem direbut oleh tentara Salib pada tahun 1099 Masehi, kaum Muslimin dibunuh secara besar-besaran di jalan-jalan raya dan di rumah-rumah kediaman. Jerusalem tidak memiliki tempat berlindung bagi umat Islam yang menderita kekalahan itu. Ada yang melarikan diri dari cengkeraman musuh dengan menjatuhkan diri dari tembok-tembok yang tinggi, ada yang lari masuk istana, menara-menara, dan tak kurang pula yang masuk masjid. Tetapi mereka tidak terlepas dari kejaran tentara Salib. Tentara Salib yang menduduki masjid Umar di mana kaum Muslimin dapat bertahan untuk waktu yang singkat. mengulangl lagi tindakan-tindakan yang penuh kekejaman. Pasukan infanteri dan kavaleri menyerbu kaum pengungsi yang lari tunggang langgang. Di tengah-tengah kekacaubalauan kaum peenyerbu itu yang terdengar hanyalah erangan dan teriakan maut. Pahlawan Salib yang berjasa itu berjalan menginjak-injak tumpukan mayat Muslimin, mengejar mereka yang masih berusaha dengan sia-sia melarikan diri. Raymond d' Angiles yang menyaksikan peristiwa itu mengatakan bahwa �di serambi masjid mengalir darah sampai setinggi lutut, dan sampai ke tali tukang kuda prajurit.�

Penyembelihan manusia biadab ini berhenti sejenak, ketika tentara Salib berkumpul untuk melakukan misa syukur atas kemenangan yang telah mereka peroleh. Tetapi setelah beribadah itu, mereka melanjutkan kebiadaban dengan keganasan. �Semua tawanan� kata Michaud, �yang tertolong nasibnya karena kelelahan tentara Salib yang semula tertolong karena mengharapkan diganti dengan uang tebusan yang besar, semua dibunuh dengan tanpa ampun. Kaum Muslimin terpaksa menjatuhkan diri mereka dari menara dan rumah kediaman; mereka dibakar hidup-hidup, mereka diseret dari tempat persembunyiannya di bawah tanah; mereka dipancing dari tempat perlindungannya agar keluar untuk dibunuh di atas timbunan mayat.�

Cucuran air mata kaum wanita, pekikan anak-anak yang tak bersalah, bahkan juga kenangan dari tempat di mana Nabi lsa memaafkan algojo-algojonya, tidak dapat meredakan nafsu angkara tentara yang menang itu. Penyembelihan kejam itu berlangsung selama seminggu. Dan sejumlah kecil yang dapat melarikan diri dari pembunuhan jatuh menjadi budak yang hina dina.

Seorang ahli sejarah Barat, Mill menambahkan pula: �Telah diputuskan, bahwa kaum Muslimin tidak boleh diberi ampun. Rakyat yang ditaklukkan oleh karena itu harus diseret ke tempat-tempat umum untuk dibunuh hidup-hidup. Ibu-ibu dengan anak yang melengket pada buah dadanya, anak-anak laki-laki dan perempuan, seluruhnya disembelih. Lapangan-Iapangan kota, jalan-jalan raya, bahkan pelosok-pelosok Jerusalem yang sepi telah dipenuhi oleh bangkai-bangkai mayat laki-laki dan perempuan, dan anggota tubuh anak-anak. Tiada hati yang menaruh belas kasih atau teringat untuk berbuat kebajikan.�

Demikianlah rangkaian riwayat pembantaian secara masal kaum Muslimin di Jerusalem sekira satu abad sebelum Sultan Shalahuddin merebut kembali kota suci, di mana lebih dari tujuh puluh ribu umat Islam yang tewas.

Sebaliknya, ketika Sultan Shalahuddin merebut kembali kota Jerusalem pada tahun 1193 M, dia memberi pengampunan umum kepada penduduk Nasrani untuk tinggal di kota itu. Hanya para prajurit Salib yang diharuskan meninggalkan kota dengan pembayaran uang tebusan yang ringan. Bahkan sering terjadi bahwa Sultan Shalahuddin yang mengeluarkan uang tebusan itu dari kantongnya sendiri dan diberikannya pula kemudian alat pengangkutan. Sejumlah kaum wanita Nasrani dengan mendukung anak-anak mereka datang menjumpai Sultan dengan penuh tangis seraya berkata: �Tuan saksikan kami berjalan kaki, para istri serta anak-anak perempuan para prajurit yang telah menjadi tawanan Tuan, kami ingin meninggalkan negeri ini untuk selama-lamanya. Para prajurit itu adalah tumpuan hidup kami. Bila kami kehilangan mereka akan hilang pulalah harapan kami. Bilamana Tuan serahkan mereka kepada kami mereka akan dapat meringankan penderitaan kami dan kami akan mempunyai sandaran hidup.�

Sultan Shalahuddin sangat tergerak hatinya dengan permohonan mereka itu dan dibebaskannya para suami kaum wanita Nasrani itu. Mereka yang berangkat meninggalkan kota, diperkenankan membawa seluruh harta bendanya. Sikap dan tindakan Sultan Shalahuddin yang penuh kemanusiaan serta dari jiwa yang mulia ini memperlihatkan suasana kontras yang sangat mencolok dengan penyembelihan kaum Muslimin di kota Jerusalem dalam tangan tentara Salib satu abad sebe1umnya. Para komandan pasukan tentara Shalahuddin saling berlomba dalam memberikan pertolongan kepada tentara Salib yang telah dikalahkan itu.

Para pelarian Nasrani dari kota Jerusalem itu tidaklah mendapat perlindungan oleh kota-kota yang dikuasai kaum Nasrani. �Banyak kaum Nasrani yang meninggalkan Jerusalem,� kata Mill, pergi menuju Antioch, tetapi panglima Nasrani Bohcmond tidak saja menolak memberikan perlindungan kepada mcreka, bahkan merampasi harta benda mereka. Maka pergilah mereka menuju ke tanah kaum Muslimin dan diterima di sana dengan baik. Michaud mcmberikan keterangan yang panjang lebar tentang sikap kaum Nasrani yang tak berperikemanusiaan ini terhadap para pelarian Nasrani dari Jerusalem. Tripoli menutup pintu kotanya dari pengungsi ini, kata Michaud. �Seorang wanita karena putus asa melemparkan anak bayinya ke dalam laut sambil menyumpahi kaum Nasrani yang menolak untuk memberikan pertolongan kepadanya,� kata Michaud. Sebaliknya Sultan Shalahuddin bersikap penuh timbang rasa terhadap kaum Nasrani yang ditaklukkan itu. Sebagai pertimbangan terhadap perasaan mereka, dia tidak memasuki Jerusalem sebelum mereka meninggalkannya.

Dari Jerusalem Sultan Shalahuddin mengarahkan pasukannya ke kota Tyre, di mana tentara Salib yang tidak tahu berterima kasih terhadap Sultan Shalahuddin yang telah mengampuninya di Jerusalem, menyusun kekuatan kembali untuk melawan Sultan. Sultan Shalahuddin menaklukkan sejumlah kota yang diduduki oleh tentara Salib di pinggir pantai, termasuk kota Laodicea, Jabala, Saihun, Becas, dan Debersak. Sultan telah melepas hulu balang Perancis bernama Guy de Lusignan dengan perjanjian, bahwa dia harus segera pulang ke Eropa. Tetapi tidak lama setelah pangeran Nasrani yang tak tahu berterima kasih ini mendapatkan kebebasannya, dia mengingkari janjinya dan mengumpulkan suatu pasukan yang cukup besar dan mengepung kota Ptolemais.

Jatuhnya Jerusalem ke tangan kaum Muslimin menimbulkan kegusaran besar di kalangan dunia Nasrani. Sehingga mereka segera mengirimkan bala bantuan dari seluruh pelosok Eropa. Kaisar Jerman dan Perancis serta raja Inggris Richard Lion Heart segera berangkat dengan pasukan yang besar untuk merebut tanah suci dari tangan kaum Muslimin. Mereka mengepung kota Akkra yang tidak dapat direbut selama berapa bulan. Dalam sejumlah pertempuran terbuka, tentara Salib mengalami kekalahan dengan meninggalkan korban yang cukup besar.

Sekarang yang harus dihadapi Sultan Shalahuddin ialah berupa pasukan gabungan dari Eropa. Bala bantuan tentara Salib mengalir ke arah kota suci tanpa putus-putusnya, dan sungguh pun kekalahan dialami mereka secara bertubi-tubi, namun demikian tentara Salib ini jumlah semakin besar juga. Kota Akkra yang dibela tentara Islam berbulan-bulan lamanya menghadapi tentara pilihan dari Eropa, akhirnya karena kehabisan bahan makanan terpaksa menyerah kepada musuh dengan syarat yang disetujui bersama secara khidmat, bahwa tidak akan dilakukan pembunuhan-pembunuhan dan bahwa mereka diharuskan membayar uang tebusan sejumlah 200.000 emas kepada pimpinan pasukan Salib. Karena kelambatan dalam suatu penyelesaian uang tebusan ini, Raja Richard Lionheart menyuruh membunuh kaum Muslimin yang tak berdaya itu dengan dan hati yang dingin di hadapan pandangan mata saudara sesama kaum Muslimin.

Perilaku Raja Inggris ini tentu saja sangat menusuk perasaan hati Sultan Shalahuddin. Dia bernadzar untuk menuntut bela atas darah kaum Muslimin yang tak bersalah itu. Dalam pertempuran yang berkecamuk sepanjang 150 mil garis pantai, Sultan Shalahuddin memberikan pukulan-pukulan yang berat terhadap tentara Salib.

Akhirnya Raja Inggris yang berhati singa itu mengajukan permintaan damai yang diterima oleh Sultan. Raja itu merasakan bahwa yang dihadapinya adalah seorang yang berkemauan baja dan tenaga yang tak terbatas serta menyadari betapa sia-sianya melanjutkan perjuangan terhadap orang yang demikian itu. Dalam bulan September 1192 Masehi dibuatlah perjanjian perdamaian. Tentara Salib itu meninggalkan tanah suci dengan ransel dengan barang-barangnya kembali menuju Eropa.

"Berakhirlah dengan demikian serbuan tentara Salib itu" tulis Michaud "di mana gabungan pasukan pilihan dari Barat merebut kemenangan tidak lebih daripada kejatuhan kota Akkra dan kehancuran kota Askalon. Dalam pertempuran itu Jerman kehilangan seorang kaisarnya yang besar beserta kehancuran tentara pilihannya. Lebih dari enam ratus ribu orang pasukan Salib mendarat di depan kota Akkra dan yang kembali pulang ke negerinya tidak lebih dari seratus ribu orang. Dapatlah dipahami mengapa Eropa dengan penuh kesedihan menerima hasil perjuangan tentara Salib itu, oleh karena yang turut dalam pertempuran terakhir adalah tentara pilihan. Bunga kesatria Barat yang menjadi kebanggaan Eropa telah turut dalam pertempuran ini.

Sultan Shalahuddin mengakhiri sisa-sisa hidupnya dengan kegiatan-kegiatan bagi kesejahteraan masyarakat dengan membangun rumah sakit, sekolah-sekolah, perguruan-perguruan tinggi serta masjid-masjid di seluruh daerah yang diperintahnya.

Tetapi sayang, dia tidaklah ditakdirkan untuk lama merasakan nikmat perdamaian. Beberapa bulan kemudian dia pulang ke rahmatullah pada tanggal 4 Maret tahun 1193. "Hari itu merupakan hari musibah besar, yang belum pernah dirasakan oleh dunia Islam dan kaum Muslimin, semenjak mereka kehilangan Khulafa Ar-Rasyidin" demikian tulis seorang penulis Islam. Kalangan Istana seluruh daerah kerajaan berikut seluruh umat Islam tenggelam dalam lautan duka nestapa. Seluruh isi kota mengikuti usungan jenazahnya ke kuburan dengan penuh kesedihan dan tangisan.

Demikianlah berakhirnya kehidupan Sultan Shalahuddin, seorang raja yang sangat dalam perikemanusiaannya dan tak ada tolok bandingannya, jiwa kepahlawanan yang dimilikinya dalam sejarah kemanusiaan. Dalam pribadinya, Allah telah melimpahkan hati seorang Muslim yang penuh kasih sayang terhadap kemanusiaan dicampur dengan sangat harmonis dengan keperkasaan seorang genius dalam medan pertempuran. Utusan yang menyampaikan berita kematiannnya itu ke Baghdad membawa serta baju perangnya, kudanya, uang sebanyak satu dinar dan 36 dirham sebagai milik pribadinya yang masih ketinggalan. Orang yang hidup satu zaman dengannya, serta segenap ahli sejarah sama sependapat bahwa Sultan Shalahuddin adalah seorang yang sangat lemah lembut hatinya, ramah tamah, sabar, seorang sahabat yang baik dari kaum cendekiawan dan golongan ulama yang diperlakukannya dengan rasa hormat yang mendalam serta dengan penuh kebajikan. "Di Eropa" tulis Philip K Hitti, dia telah menyentuh alam khayalan para penyanyi maupun para penulis novel zaman sekarang, dan masih tetap dinilai sebagai suri teladan kaum kesatria.

Semoga Allah melapangkan kuburnya.

Disarikan dari:

1. Shalahuddin al-Ayyubi, oleh Kwaja Jamil Ahmad (Lihat: Suara Masjid No. 91, Jumadil Akhir-Rajab 1402 H/April 1982 M)

2. The Preaching of Islam, oleh Thomas W. Arnold.


dikutip dari : http://www.hudzaifah.org/Article228.phtml
Baca selengkapnya >>